Evil Anime Smiley
WHERE THERE IS WHILE THERE IS A WAY

Selasa, 09 November 2010

MATEMATIKA APA GUNANAYA SIH???

Tentu saja saya setuju bahwa matematika bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Saya yakin Anda juga setuju. Paman APIQ juga setuju itu.
Tetapi Paman APIQ mengingatkan bahwa tidak semua matematika itu bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Mungkin saja matematika tidak memiliki sisi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Matematika mungkin saja hanya bersifat teoritis saja. Manfaat matematika kadang dapat kita rasakan baru setelah puluhan tahun kemudian.
Saya pernah terkejut ketika membaca kurikulum matematika SD di negeri Indonesia tercinta. Mengapa? Hampir dalam setiap pokok bahasan selalu ada penekanan ” dalam kehidupan sehari-sehari”.
Matematika tidak selalu praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Meski demikian matematika sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari – bahkan kehidupan masa depan.
Soal UN/UASBN SD lebih mengejutkan saya lagi. Mungkin karena ingin menunjukkan matematika “dalam kehidupan sehari-hari” maka dalan UASBN SD 2009 terdapat soal cerita tentang FPB (faktor persekutuan terbesar).
Kira-kira soal UASBN tersebut adalah…
Pak Hadi membagikan 96 kg beras dan 64 bungkus minyak goreng ke para penduduk sampai habis. Bila setiap penduduk menerima bagian sama rata maka berapa penduduk paling banyak yang dapat menerima bantuan dari Pak Hadi?
Pertama, memahami masalah seperti di atas adalah cukup rumit. Meski seperti persoalan nyata dalam kehidupan sehari-hari tapi, kita tahu, bahwa jarang sekali kita menghadapi persoalan seperti di atas.
Kedua, mungkin saja maksud pembuat soal adalah mengarah ke konsep FPB. Tetapi kita juga tahu bahwa FPB (dan KPK)adalah konsep dalam himpunan bilangan bulat positif. Sedangkan 96 kg beras dapat kita bagi-bagi menjadi bilangan pecahan semisal 1/2 kg.
Ketiga, mari kita selesaikan soal di atas dengan menganggap berlakunya konsep FPB.
FPB dari
96 dan 64 adalah 32 (Selesai; karena 32 dapat membagi 96 dan 64)
Jadi jawaban akhir adalah 32 orang atau 32 penduduk sebagai penerima bantuan.
Siswa yang kreatif dapat saja memiliki ide yang lain.
“Mengapa hanya 32 orang? Kita dapat membaginya untuk 100 orang. Masing-masin memperoleh 96/100 bagian dan 64/100 bagian.”
Argumen siswa tersebut masuk akal. Tetapi soal UASBN adalah pilihan ganda. Dalam pilihan jawaban tidak terdapat pilihan 100. Bahkan kita juga dapat membaginya untuk 1000 orang. Bukankah begitu?
Saya setuju soal di atas sebagai latihan soal tetapi bukan soal ujian semacam UASBN.
Bila kita hendak membuat soal matematika tentang FPB maka kita perlu memastikan bahwa kita sedang membicarakan bilangan bulat positif. Paman APIQ selalu menekankan konteks dan batasan-batasan dalam berlatih matematika. Meski pun Paman APIQ sering menyatakannya secara tersirat.
Paman APIQ menyarankan agar mengganti contoh soal di atas dengan sesuatu yang dihitung secara bulat. Contoh komputer, handphone, kalkulator, dan lain-lain.
Jadi contoh soal di atas dapat sedikit kita modifikasi…
Pak Hadi membagikan 96 komputer dan 64 kalkulator kepada penduduk…
Komputer dan kalkulator sudah dengan jelas memastikan berhitung bilangan bulat positif.
Bagaimana menurut Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar